Dinilai Masuk Kategori Desa Miskin Ekstim, Kades Labuhan Lombok Pertanyakan Sumber Data Yang Digunakan
![]() |
| Hj Siti Zaenab Kepala Desa Labuhan Lombok, Lombok Timur saat menerima kunjungan ketua PKK Provinsi NTB |
Nusrapost.com -- Dinilai masuk dalam salah satu desa dengan
kategori miskin ekstrim, Kepala Desa Labuhan Lombok Kecamatan Pringgabaya
Lombok Timur mempertanyakan sumber data yang dijadikan acuan dalam
pengkategorian tersebut. Buntut dari ketidak pastina data itu, Ia mengaku heran
karena tidak mengetahui secara jelas dari mana data tersebut berasal, terlebih
lagi jumlah warga yang disebut masuk dalam kategori miskin ekstrem mencapai
lebih dari seribu orang.
"Itu yang kita bingung, dari mana mereka dapat data,
dan kami juga dikatakan masyarakat miskin ekstrem. Makanya dari kondisi itu,
selalu kami berusaha memperbaiki data yang ada. Alhamdulillah, sedikit demi
sedikit sudah bisa kami benahi," ujar Hj Siti Zaenab Kepala Desa Labuhan
Lombok saat dikonfirmasi Jum’at 15 Agustus 2025.
Namun Ia tidak pungkiri, dampak dari penetapan status
tersebut cukup signifikan. Salah satunya adalah banyaknya bantuan yang mengalir
ke masyarakat dari instansi terkait.
"Kemarin kami dapat juga bantuan dari Dinas Koperasi
karena kami dikatakan masyarakat ekstrem," jelasnya.
Lebih lanjut dijelaskan Kepala Desa yang akrab disapa Zaenab Massaro, bahwa data tersebut diduganya, dihitung berdasarkan jumlah individu dalam satu Kartu Keluarga (KK), bukan berdasarkan kepala keluarga atau kondisi ekonomi masing-masing individu. Sebab dalam satu KK saja kantanya, bisa sampai lima orang, bahkan enam. "Jadi, kalau semua anggota KK dimasukkan sebagai penerima kategori miskin ekstrem, wajar saja jumlahnya membengkak,ujarnya.
Pada kondisi ini, adanya ketidaksesuaian antara data dan kenyataan di lapangan. "Saya sempat protes karena semua anggota dalam satu KK dimasukkan, termasuk suami, istri, dan anak-anak. Kalau pendataan dilakukan per KK, saya rasa tidak sampai seratus orang yang masuk kategori miskin ekstrem,” ujarnya.
Meskipun demikian, ia tetap bersyukur karena status tersebut
membuat desanya menjadi perhatian pemerintah, baik di tingkat kabupaten maupun
provinsi. "Saya ambil hikmahnya. Karena kami dikatakan masyarakat ekstrem,
kami jadi sering dilirik oleh pemerintah. Banyak bantuan, pelatihan, dan
program-program perbaikan yang masuk ke desa kami," katanya.
Namun, ia juga mengakui bahwa ada rasa malu yang dirasakan masyarakat karena label “miskin ekstrem” yang disematkan kepada desa mereka. “Ini yang jadi dilema. Di satu sisi kami dapat manfaat, tapi di sisi lain kami merasa malu dengan cap tersebut. Tapi kami terima demi kemajuan masyarakat,” pungkasnya. (*)

Post a Comment