Merebut Hati Gen Z Pada Dinamika Politik

Merebut Hati Gen Z Pada Dinamika Politik

Merebut Hati Gen Z Pada Dinamika Politik 

Penulis : Nur Intan Mardhatillah Mahasiswi Semester V (Universitas Negeri Mataram) 

Nusrapost.com -- Menjelang pemilu 2024, persiapan atau proses yang di persiapkan harus matang dan detail. Lagi-lagi jika dikaitkan dengan Gen Z maka ada hubungan erat dengan teknologi dan informasi yang akan menciptakan sudut pandang yang beranekaragam.

Politik menjadi unsur tertinggi dari segala sudut yang akan berkuasa untuk membuat pertahanannya sendiri. Partisipasi dari Gen Z pun sangat berpengaruh untuk mendukung kegiatan demokrasi. Kesiapan para Gen Z pun perlu di pertimbangkan atau dipertanyakan secara lebih lanjut untuk mengukur tingkat keberhasilan pemilu 2024.

Tahapan yang melibatkan generasi z di lakukan atas dasar intensitas penuh dari para masyarakat terlebih dari pemilih senior yang sudah lebih dulu memiliki andil atau pengalaman sebelumnya. Berbagi informasi yang belum diketahui serta mengajak para generasi z untuk ikut dalam kegiatan yang sangat berpengaruh bagi nasib negara beberapa tahun ke depan. 

Kita sebagai pemilih pemula atau generasi z yang baru masuk dalam ranah dinamika politik harus sadar atas peran yang kita miliki guna mempersiapkan diri terhadap proses yang akan atau pun sudah terjadi.

Gen Z dengan dinamika politik sering disandingkan dengan angan-angan akan menjadi kesetaraan yang membentuk isu-isu keberhasilan para sesepuh negara. Jika dilihat dengan lebih realistis kembali maka sebetulnya para pejabat-pejabat negara yang lebih membutuhkan generasi z pada masa kini. Yang bungkam dipaksa berbicara untuk mengikuti segala rute-rute yang sudah dikelola dengan sedemikian rupa untuk hasil masa depan negara. 

Gen Z Yang berfikir secara terstruktur akan meraup setiap fenomena yang terjadi secara baik dan melihat dengan teliti tindakan yang akan dilakukan.

Pemilu bukan segalanya dari politik, namun politik tidak akan pernah meninggalkan peran dari gen z. Menurut data yang ada Gen z yang lahir berkisar pada pertengahan 1990an hingga awal 2010an yang sering disebut dengan generasi digital atau generasi paham dengan internet. Generasi z cenderung mempunyai pemikiran politik yang lebih kaya bahkan lebih tajam dari para politisi negara. 

Meningkatnya pemahaman atau literatur dari pembawaan yang mereka punya akan berpengaruh pada jati diri sendiri, prefensi yang digali terus menerus untuk landasan dinamika politik akan menjadi kompetisi dalam pemilu, selera dan bayangan tentang para petinggi negara akan menjadi tolak ukur yang perlu dijadikan tumpuan yang menarik untuk masa-masa yang akan datang.

Pada laman kpu menyampaikan bahwa memang pemilih pada pemilu 2024 ini lebih didominasi oleh generasi z dan milenial sebanyak 55% menjadi mayoritas. Oleh karena itu para partai politik, capres, cawapres, dan calon kepala daerah harus menyusun strategi komunikasi yang menarik untuk mengambil kesempatan khususnya pada generasi z melalui medsos dan kampanye digital yang sangat dekat dengan mereka.

Kita tahu bahwa generasi muda mudi ini sudah mahir dalam pengembangan pada era digital, mendekati mereka harus menyesuaikan perkembangan yang ada pada zaman mereka pula menyusun taktik dengan berdiskusi tentang permasalahan yang ada kaitannya dengan mereka seperti Kesehatan mental, hak berekspresi, pendidikan, kesenjangan sosial maupun kesetaraan gender. Dengan begitu generasi z akan mengambil tindakan terhadap keadaan lapangan yang sedang terjadi, melek terhadap fenomena yang sedang hangat dijadikan pemicu politik.  

Memikat hati para generasi z juga harus berdasarkan transparansi dan kejujuran, bagaimana integritas dan transparansi yang bijak dalam politik dapat menarik mereka memilih pemimpin yang sesuai dengan kriteria berbekal jujur, etis dan bertanggung jawab. Kita sebagai salah satu dari generasi itu juga mau tidak mau suka tidak suka harus berperan aktif mengikuti segala rangkaian yang telah dipersiapkan pada saat pemilu melalui pendaftaran pemilih, pemungutan suara, dan turut serta dalam organisasi politik.

Pada dasarnya generasi muda cenderung suka pada pemimpin yang interaktif dan luwes. Karena anak muda cenderung ingin dijadikan partner ngobrol atau diskusi. Ketika para pemuda dianggap sebagai orang penting bagi pemilih maka disitu anak muda dapat disematkan. Mereka akan melihat karakteristik yang lebih terbuka, bebas dan inovatif. Capres dan cawapres harus memanfaatkan momen seperti ini agar gen z memperhatikan dunia perpolitikan yang mengedukasi. Bahasa dan gaya komunikasinya pun harus sesuai pada kalangan generasi z.

Namun ada beberapa tantangan sendiri untuk mengambil simpati para gen z mengingat mereka tumbuh pada era teknologi yang telah modern, yaitu point pertama generasi z mendapat informasi yang berlimpah melalui platform internet; pesan dan kampanye harus dapat bersaing dengan penerapan informasi-informasi yang lebih dulu masuk dari dunia luar, point kedua ketidakpercayaan terhadap politik tradisional; Generasi Z cenderung skeptis terhadap politik tradisional dan parta politik, point ketiga keterlibatan melalui media sosial; Generasi Z sangat aktif di media sosial. 

Kandidat dan partai politik perlu memahami dan memanfaatkan platform ini secara efektif untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan generasi ini. Point yang terakhir pesan yang relevan dan inklusif; Pesan kampanye harus relevan dengan kehidupan sehari-hari Generasi Z dan mencerminkan keberagaman serta inklusivitas. Mereka menghargai keadilan sosial dan tindakan konkret untuk perubahan positif.

Dengan begitu merebut hati Generasi Z pada dinamika politik, menjadi kunci. Kampanye harus memusatkan perhatian pada isu-isu yang dianggap vital oleh Generasi Z, Diperlukan partisipasi aktif melalui forum online dan inisiatif lokal, serta mencerminkan nilai inklusivitas dan keberagaman dalam kampanye. Menyertakan rencana pendidikan dan peluang karier yang konkrit, memanfaatkan teknologi dan inovasi untuk menciptakan pengalaman kampanye yang menarik, serta membangun hubungan berkelanjutan setelah pemilu akan membantu memenangkan dukungan Generasi Z. 

Mereka bisa saja menerima segala bentuk kolaborasi namun mereka juga menunggu hasil dari apa yang telah disuarakan oleh para politiktator karena masa depan negara tergantung dari pemilih yang berkualitas pula.

Tags

Post a Comment