Ritual Bubur Putiq, Mengingat Kejadian di Bulan Muharam

Ritual Bubur Putiq, Mengingat Kejadian di Bulan Muharam

 

Ritual: Masyarakat Desa Songak melaksanakan salah satu ritual di Desa Songak, Kecamatan Sakra, Lombok Timur



LOMBOK TIMUR, Pewaran-Waktu menunjukan pukul 15.15 Wita. Suara lantunan ayat Al Qur'an sudah terdengar dsri masjid dan mushala. Terlihat warga sudah berdatangani tempat suci itu. 

Tak lama kemudian azan berkumandang menandakan waktu ashar telah tiba. Tak pelak membuat warga yang merasa terlambat mempercepat langkahnya agar dapat melaksanakan ibadah wajib dan sunah. 


Ibadah shalat ashar pun terlaksana dengan khusuk. Setelah shalat usai biasanya jemaah masjid membubarkan diri. Namun hal itu tak nampak di Masjid Bengan (tua, red) Desa Songak Kecamatan Sakra, Lombok Timur. 


Jamaah bertahan dan merapikan diri dengan duduk melingkar mengisi masjid yang berkuruan sembilan kali sembilan itu. Ternyata akan dilaksanakan salah satu ritus yang masih dijaga oleh masyarakat setempat yakni Bubur Putik. Yang pelaksanaannya antara tanggal satu sampai dengan sepuluh bulan Muharam. 



"Ritual ini merupakan warisan leluhur kami di Desa Songak," kata Pendiri Lembaga Adat Dharma Djagat Desa Songak, Murdiyah SAg, Jum'at (28/8)


Dia menerangkan, tradisi ini untuk mengingat berbagai bentuk peristiwa yang terjadi di bulan Muharam. Lantaran banyak sekali kejadian di bulan pertama dikalender islam itu. Menurutnya, setidaknya ada 17 peristiwa yang tercatat dalam sejarah salah satuya kejadian yang menimpa umat Nabi Nuh AS. 



Peristiwa Nabi Nuh AS yang meyiapkan kapal besar untuk menyelamatkan umatnya dari hantaman bencana banjir. Tak hanya menyelamatkan manusia tapi juga menyelamatkan berbagai macam jenis hewan.


 

Nabi Nuh juga, lanjut Murdiyah, menyiapkan makanan dari berbagai umbi-umbian. Meski ia tau tak akan cukup jika dibagikan ke isi kapal. Di lain sisi, Nabi juga menanam sebagiannya sebagai bekal selama berada dalam kapal. 



Dari dua hal itu, bebernya, Nabi Nuh AS, menyatukan semua jenis umbi-umbian tersebut lalu dijadikannya bubur. Agar semua  umatnya yang berada dalam kapal dapat menikmatinya. 



"Masih banyak peristiwa serupa di bulan Muharam yang dapat diambil pelajaran," ucapnya. 



Masih kata Murdiyah yang saat ini juga sebagai Kepala Sekolah SDN 1 Songak mengatakan, untuk mengenang peristiwa itu, para orang tua dulu membuat ritual yang disebut dengan Bubur Putik. Yang pelaksanaannya pada bulan Muharam. 



Di lain sisi, sebuntnya, di bulan itu juga terdapat hari asyura' tepatnya pada tanggal 10 Muharram. Meski ada yang berpendapat dari tanggal 9 sampai 11, tapi yang lebih penting ada sederet keutamaan bulan ini. 



Seperti melaksanakan puasa sunah, menyantuni anak yatim piatu, menyambung silaturrohim, menjenguk orang sakit dan lain sebagainya. Dan dibulan inilah tempat umat islam di haramkan untuk berperang. 



Ia membeberkan, untuk ritual Bubur Putik ini sendiri dilengkapi dengan sesangan dan sanganan. Bahan pembuatan bubur ini tak hanya tepung seperti bubur pada umumnya. Namun dicampur dari berbagai jenis umbi-umbian. Ditambah santan dan air kembang. 



Setelah semuanya lengkap, barulah dibawa ke masjid untuk do'a bersama untuk meminta keselamatan di dunia dan akhirat. 



"Melaksanakan ritual ini banyak nilai yang bisa kita dapatkan, terutama dari peristiwa yang dialami nabi pada masa lampau," tandas Murdiyah. 



Sekretaris Desa Songak, Fikrul Hidayat menerangkan, ritual ini merupakan warisan dari leluhur, tentu kekyaan bagi madyarakat Desa Songak. Sebab tak semua desa memiliki ritual serupa, yang masih lestari ditengah pusaran arus zaman.



Menurutnya, salah satu poin penting dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yakni, pembangunan desa itu sesuai dengan asal usul. Meski ia mengakui pihaknya belum mendapatkan pola, tapi ia yakin dapat mewujudkan amanah UU tersebut. 



"Memang kami dari Pemdes belum sepenuhnya mendapatkan pola mensingkronkan ritual, situs, kuliner khas dan yang lainnya yang berkaitan dengan kehasan desa. Tapi kami yakin bisa," ucapnya (np)

Tags

Post a Comment